Read more: http://www.uzumaki-popey.com/2013/01/cara-membuat-blog-agar-tidak-bisa-di.html#ixzz2W0ysfoaJ

Anyeong :3

RSS

My Precious ♥

         Hai. Kembali lagi bersama saya, terima kasih untuk menyempatkan diri membaca, di manapun Anda berada... saya tidak mau tahu. Kali ini, I mau cerita, dalam bentuk cerita *eh*. Ya, mungkin seperti itu. Ya udah, maklumin apa adanya aja kali ya. Dan, kalau panjang ... hehehe.

Opening-nya I kasih lirik lagu HOME dari Oom MICHAEL BUBLE aja ya :D

Another summer day
Has come and gone away
In Paris and Rome
But I wanna go home
Mmmmmmmm

May be surrounded by
A million people I
Still feel all alone
I just wanna go home
Oh, I miss you, you know?

And I’ve been keeping all the letters that I wrote to you
Each one a line or two
“I’m fine baby, how are you?”
Well I would send them but I know that it’s just not enough
My words were cold and flat
And you deserve more than that

Another aeroplane
Another sunny place
I’m lucky, I know
But I wanna go home

Mmmm, I’ve got to go home

Let me go home
I’m just too far from where you are
I wanna come home


And I feel just like I’m living someone else’s life
It’s like I just stepped outside
When everything was going right

And I know just why you could not
Come along with me
This was not your dream
But you always believed in me

Another winter day has come
And gone away
In either Paris or Rome
And I wanna go home
Let me go home

And I’m surrounded by
A million people I
Still feel alone
And let me go home
Oh, I miss you, you know

Let me go home
I’ve had my run
Baby, I’m done
I gotta go home
Let me go home
It'll all be all right
I’ll be home tonight
I’m coming back home

Kita mulai, ya! :3

Kota ini, memang kota yang kecil dan... unyu. Aku pernah menghabiskan hari-hariku di sini. Aku pernah mengalami berbagai jenis dan macam kejadian yang tak akan pernah aku lupakan. Di tempat inilah aku belajar banyak hal. Sangat banyak. Sampai-sampai aku lupa apa saja yang telah kupelajari. 

Mungkin, di sinilah aku meyempurnakan gerak-gerikku, di sinilah tempatku mulai belajar secara formal. Dan di sini jugalah, aku mulai melakukan sosialisasi sekunder. Di sinilah aku menemukan teman-teman bermainku. Di sini jugalah, aku belajar mandiri, melakukan segala sesuatunya sendiri.   

Tanggal 30 lalu, aku kembali ke sini, ke kota kecil ini. Tujuan utamaku ke sini adalah sembahyang. Saat aku tiba, aku bisa merasakan ada rindu yang mulai menyesaki diriku. Membuatku segera mengabari salah satu teman akarabku dulu, bahwa aku ada di sini. 

Mungkin kalian menganggapku konyol. Tapi, aku rasa tak ada yang salah dengan merindukan orang-orang yang pernah mengisi hari-hariku. Yang bersedia bercanda tawa denganku. Yang bersedia menerima kehadiranku, yang mungkin bagi mereka, aku adalah sosok yang asing saat ini.

Dan inilah caraku untuk kembali mengenang. Caraku mengisi kerinduanku pada mereka. Menulis. Menulis sesuatu yang akan terus mengingatkanku akan kebersamaan kami, yang selalu kutakutkan akan pudar seiring kami tumbuh bersama waktu.

Aku mengakui aku sangat merindukan keberadaan dan kehadiran mereka dalam keseharianku. Tapi ini tak berarti aku menginginkan kehidupanku yang dulu. Aku cukup puas dengan keadaanku saat ini kok.

Begini saja sudah cukup bagiku. Intensitas pertemuan yang jarang membuat setiap kata yang terucap menjadi lebih manis, setiap senyum dan tawa menjadi lebih bermakna, dan segala perjalanan yang kami lakukan menjadi sangat, amat, berharga. Precious. Setidaknya, itu bagiku.  

Temanku yang kukabari itu, malamnya mengajakku dan beberapa kawan yang lain untuk hang out. Namanya Kalvin Che. Aku merasa berutang banyak padanya. Entahlah, itu yang kurasakan. Setiap kepulanganku, aku pasti akan mengabarinya paling pertama.

Malam itu, mereka menjemputku di rumahku dengan motor-motor mereka. Aku menyapa mereka sekadarnya karena belum benar-benar bisa menyesuaikan diri. Rencana awal kami adalah makan steik di Yonada, tapi karena penuh, akhirnya kami pindah lokasi.  

Kami akhirnya makan di Alfa Mart. Aku hanya memesan segelas milk tea karena sudah makan malam. Aku memperhatikan wajah teman-temanku. Saat itu ada si Kalvin Che, Hartono, Cipman, dan Zulkarnaen (panggil saja; apin, abhy, acip, aheng XD). Memang tak banyak yang berubah. Namun, yang jelas badan mereka laki-laki sekali. Dan yang lebih jelas lagi, aku akan tenggelam bila berada di antara mereka. 

Perhatian-perhatian kecil mereka sering membuatku tersanjung. Seperti, saat akan naik motor, Kalvin Che menurunkan kedua injakan kaki untukku (padahal aku bisa melakukannya sendiri). Saat aku hanya diam, mereka berusaha mengajakku berbicara dan membuatku tertawa. Mereka membuatku tersentuh dan merasa sangat beruntung. Mereka yang membuatku nyaman berada di sekitar mereka, mereka yang membuatku ingin selalu pulang, home. Meskipun perhatian mereka juga membuatku merasa menjadi anak kecil. Tapi,  so what?   

Setelah makan, kami pergi ke hotel yang menyediakan meja-meja biliar. Sky View. Begitu mereka menyebut tempat itu. Pemandangan di sana cukup menarik, apalagi di saat malam. Lampu-lampu yang rendah di kota kecil itu tampak menjadi bintang bagi lautan di bawah sana. 

Mereka bermain 6 set, dan aku bermain dalam dua set. Jangan ditanya, aku  tidak pandai bermain biliar. Memegang stiknya saja tidak becus. Tapi, dewi fortuna sedang berpihak padaku. Dalam berkali-kali sodokan yang kulakukan, hanya dua tiga kali aku tidak menyentuh bola. Oh, tapi tidak semua sodokanku berhasil membuat bola-bola itu masuk ke dalam lubang. Malah ada satu kali bola putih yang masuk. Ya, aku tau, aku memang keterlaluan. *nangis di kolong jembatan* 
Kami akhirnya kembali ke rumah masing-masing. Aku diantar dengan selamat sentausa tanpa kelebihan suatu apapun – selain kebahagiaan – dan aku mengucapkan terima kasih kepada mereka semua. Aku berjalan ke rumahku – lebih tepatnya rumah saduaraku – dengan perasaan yang bahagia, sedih, campur aduk. Aku bahagia bisa bertemu lagi dengan mereka, dan sangat sedih karena aku tau itu tak bisa berlangsung lama. 

Aku bisa merasakan sebagian hatiku kosong, dan aku tak bisa tidur. Aku membayangkan – ya, aku berkhayal – hal-hal yang mungkin bisa kulakukan bersama mereka. Hal-hal yang lebih menyenangkan dari ini, hal-hal yang bisa berarti lebih dari ini. Tapi, saat ini, aku mencoba bersyukur dan puas, karena masih ada di antara mereka yang mau menerimaku kepulanganku, setelah LIMA tahun lebih tak bertemu. 

Vian. That’s how they call me with their own accent. And it sounds right in my ear. It sounds perfect. I can feel like in my own home when I’m with these guys. There ain’t a day I go through without having them in my mind. I have missed them since the day I left this lil’ town. I will love them, endlessly


 
Sweet regards,
VIAN ♥

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Posting Komentar

Hi,

Thanks for visiting , don't forget to check out the others!